TRAWLMEDIAINDONESIA.ID
Bekasi – Sebuah proyek pendidikan bernilai Rp1,858 miliar di Kota Bekasi diduga kuat dikerjakan secara serampangan. Proyek rehabilitasi total SDN Pengasinan IV, Kecamatan Rawalumbu, yang seharusnya menjadi kebanggaan masyarakat justru menyisakan tanda tanya besar: apakah keselamatan dan kualitas bangunan benar-benar diperhatikan?
Hasil penelusuran di lapangan memperlihatkan pemandangan yang mencengangkan. Para pekerja tampak leluasa bekerja tanpa perlengkapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Tidak ada helm proyek, rompi, apalagi sepatu safety. Padahal, pekerjaan dilakukan di ketinggian dengan risiko jatuh yang bisa merenggut nyawa kapan saja.
Lebih parah lagi, besi yang digunakan untuk rangka bangunan terlihat tidak sesuai dengan standar teknis yang seharusnya berlaku untuk proyek sekolah bertingkat. Ukuran besi tampak lebih kecil dan tipis, jauh dari ekspektasi publik terhadap proyek yang menghabiskan uang rakyat miliaran rupiah.
“Ini proyek sekolah, tempat anak-anak kita menimba ilmu. Kalau besinya dihemat dan keselamatan pekerjanya saja diabaikan, bagaimana kita bisa percaya kualitas bangunannya?” ujar seorang warga sekitar yang enggan disebutkan namanya.
Proyek dengan nomor kontrak 602.1/15.29-SPMK-004/P2BANDUNG/DPKPP ini dikerjakan oleh CV. Gio Sumber Niaga, dengan jangka waktu 150 hari kalender. Namun, hingga kini, tak tampak pengawasan ketat dari pihak Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) Kota Bekasi. Seolah-olah proyek bernilai miliaran ini dibiarkan berjalan tanpa kontrol.
Minimnya pengawasan, pengabaian K3, dan dugaan penggunaan material di bawah standar semakin menegaskan dugaan adanya praktik asal-asalan. Publik pantas marah, karena proyek pendidikan bukan hanya soal bangunan berdiri, tapi juga soal keselamatan dan masa depan anak-anak.
Jika kondisi ini dibiarkan, tidak menutup kemungkinan proyek akan meninggalkan masalah serius di kemudian hari. Karena itu, masyarakat mendesak agar aparat terkait segera turun tangan, memeriksa penggunaan anggaran, serta mengaudit mutu pekerjaan di lapangan. Jangan sampai proyek yang seharusnya menjadi investasi pendidikan malah berubah menjadi bom waktu yang membahayakan.
(Sopian)