Trawlmediaindonesia.id
BEKASI — Proyek betonisasi jalan di RT 02 RW 18, Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, menuai kemarahan warga. Jalan yang baru selesai dikerjakan tersebut sudah dipenuhi retak-retak parah mulai dari wilayah RT 01 hingga pintu keluar RT 02, sehingga menimbulkan dugaan kuat bahwa pekerjaan dilakukan secara asal-asalan dan jauh dari standar konstruksi.
Pantauan di lokasi menunjukkan fisik beton retak menyeluruh, bahkan ketebalannya diduga tidak sesuai spesifikasi. Kondisi ini dinilai sebagai bukti lemahnya kontrol dan dugaan adanya pengurangan kualitas material.
Warga setempat, Pak Iwan, menyampaikan rasa kecewanya secara keras.
“Saya sangat tidak puas dengan pekerjaan ini. Baru selesai sudah hancur begini, dari ujung RT 01 sampai pintu keluar retak semua. Ini jelas-jelas tidak wajar,” tegasnya.
Warga lain, Pak Bayu, menduga bahwa kerusakan ini terjadi karena mutu bahan yang digunakan tidak layak.
“Bahan yang dipakai jelek. Mutunya sangat diragukan,” ujarnya.
Sementara itu, Pak Selamet, yang mengaku memahami proses pengecoran beton, melihat langsung praktik pengerjaan yang dianggap melanggar prosedur teknik.
“Saya tahu soal beton. Saya lihat sendiri waktu itu campuran ditambah air lagi pas dicor. Kalau begitu caranya ya pasti hancur. Makanya sekarang retak semua. Saya juga sangat tidak puas,” tegasnya.
Kerusakan parah pada proyek baru selesai ini membuat warga menilai bahwa pekerjaan dilakukan seperti tidak ada pengawasan sama sekali, dan kuat dugaan dilakukan asal jadi demi mengejar target atau keuntungan tertentu.
Untuk meminta tanggapan resmi, wartawan mencoba mengonfirmasi Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Bekasi, Idi Sutanto, melalui pesan WhatsApp. Namun hingga berita ini diterbitkan, tidak ada tanggapan sama sekali dari pihak dinas.
Warga berencana akan melaporkan persoalan ini secara resmi karena dinilai sebagai bentuk pemborosan uang negara dan merugikan masyarakat.
“Kalau seperti ini terus, rakyat yang dirugikan. Jangan sampai proyek dana rakyat cuma jadi ajang bancakan,” tutup warga yang enggan menyebutkan namanya.
(Sopian)


