Trawlmediaindonesia.id
Jakarta- Menjelang puncak arus libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026, Federasi Serikat Pekerja Penerbangan Indonesia (FSPPI) mengumumkan kesiapan komprehensif seluruh anggotanya untuk menghadapi lonjakan traffic udara terbesar di Indonesia setiap tahunnya di tengah tantangan berat industri yang masih berlangsung.
FSPPI yang merupakan federasi lima serikat pekerja strategis, yaitu; APG (pilot), SP API (Bandara), SKYNAV (AirNav/ATC), GEC (teknisi), SPASI (ground handling) mengambil peran aktif sebagai koordinator pekerja dan partner pemerintah dalam memastikan operasional penerbangan nasional berjalan tanpa kegagalan.
Seiring meningkatnya mobilitas masyarakat menjelang akhir tahun, industri penerbangan Indonesia menghadapi beberapa isu struktural. Maskapai masih bergulat dengan ketersediaan pesawat karena backlog perawatan, shortage suku cadang, dan antrean di fasilitas MRO. Hal ini berimbas pada frekuensi dan kapasitas penerbangan yang belum bisa memenuhi puncak permintaan.
Bandara besar seperti Soekarno-Hatta (CGK) dan Ngurah Rai (DPS) diproyeksikan mengalami tekanan slot tertinggi, terutama pada jam pertama pagi hingga sore. Ini memicu risiko holding patterns dan penundaan domino.
Harga tiket menjadi isu nasional yang menarik perhatian masyarakat, terutama pada rute domestik populer dan wilayah dengan akses transportasi terbatas. Tekanan publik mendorong permintaan tarif yang lebih terjangkau.
Tantangan lain adalah keterbatasan pilot, teknisi serta personil bandara yang bersertifikasi, dan pengendali lalu lintas udara (ATC) untuk menangani peningkatan aktivitas layanan secara simultan. ICAO dan regulator domestik terus menekankan implementasi Safety Management System (SMS) penuh, serta konsistensi pelaporan hazard dan audit keselamatan di semua level operasional. Kondisi ini, FSPPI menegaskan bahwa peran pekerja adalah fondasi yang menentukan keberhasilan layanan selama periode kritis ini.
PERAN STRATEGIS ANGGOTA FSPPI
Capt. Ruli Wijaya Ketua Umum APG (Asosiasi Pilot Garuda Indonesia) Pilot menjadi garis utama keselamatan operasional.
"APG memastikan kesiapan terbang dan disiplin standar keselamatan, bahkan saat jadwal sangat padat. Keselamatan tidak bisa dinegosiasikan ini adalah tanggung jawab profesional kami saat Nataru. APG menekankan manajemen kelelahan Crew dan rotasi jadwal yang adil untuk menjaga performa pilot. " Terang nya dalam siaran pers nya .(15/12).
Menurut Jemmy J. Pongoh Ketua Umum FSPPI Lonjakan trafik Nataru 2025 bukan sekadar puncak musiman, tetapi indikator ketahanan industri penerbangan Indonesia.
" Kualitas layanan Bandara, kesiapan armada, kapasitas navigasi udara, dan kondisi para pekerja frontline harus berada pada standar tertinggi. Di tengah tantangan nyata seperti kekurangan pesawat, keterbatasan suku cadang global, ruang udara yang padat, tekanan finansial operator, serta transformasi digital yang belum merata, para pekerja penerbangan menjadi benteng terakhir keselamatan (safety). Tidak ada penerbangan yang aman tanpa teknisi yang terlindungi, controller yang fokus, pilot yang cukup istirahat, dan petugas darat (Bandara/Groundhandling) yang bebas dari kelelahan berlebih.” ungkap nya .
" FSPPI menegaskan bahwa industri penerbangan harus menempatkan keselamatan, kesejahteraan, dan kedaulatan udara sebagai agenda nasional. Kedaulatan udara bukan hanya soal siapa yang terbang, tetapi siapa yang mengelola, merawat, dan mengendalikan langit Indonesia. Karena itu FSPPI mendorong pemerintah, BUMN, dan swasta menyusun strategi penerbangan nasional jangka panjang yang berbasis data, analisis risiko, dan keberlanjutan SDM agar pertumbuhan industri tidak mengorbankan keselamatan pengguna jasa maupun kesejahteraan pekerja. Pekerja penerbangan siap melayani masyarakat secara maksimal, tetapi sistem yang menopang mereka harus diperkuat.” lanjut nya .
Sementara itu Budi Cahyono, Sekretaris Jenderal FSPPI menyampaikan .
“Tantangan utama aviasi 2025 tidak hanya berkaitan dengan lonjakan trafik, tetapi kemampuan seluruh sistem untuk tetap tangguh (system resilience). Para teknisi, air traffic controller, pilot, petugas operasi, hingga pekerja di lapangan membutuhkan dukungan kebijakan yang berbasis data dan analisis risiko, bukan sekadar target bisnis musiman. Jika kebijakan tidak mengikuti dinamika beban operasional dan kapasitas nyata industri, maka tekanan terhadap keselamatan, kualitas layanan, dan kinerja SDM akan semakin besar.” Ujar nya .
“Karena itu, FSPPI mendesak pemerintah memperkuat pengawasan keselamatan (safety oversight), memastikan tata kelola industri yang lebih akuntabel, dan menyelesaikan persoalan struktural seperti kekurangan pesawat, overload pekerjaan, serta ketimpangan kompetensi antar lini. Industri penerbangan hanya bisa stabil apabila fondasinya dibangun pada keselamatan, keseimbangan supply demand, dan penghargaan terhadap keahlian pekerja. FSPPI siap menjadi mitra kritis konstruktif untuk memastikan reformasi ini berjalan nyata.”tegas Budi .
Irvan Ketua Umum SKYNAV (AirNav Indonesia) Sebagai jantung manajemen lalu lintas udara, AirNav memastikan koordinasi rute udara, slot, dan mitigasi risiko navigasi.
“Kami menyiagakan pengendali lalu lintas udara ekstra untuk mengelola peak density traffic dan menghindari delay sistemik.” SKYNAV juga mengoptimalkan traffic flow management untuk meminimalkan hambatan operasional akibat kepadatan slot." sebut nya .
Di sisi lain Suhendra Ketua Umum SPASI (Aerotrans Service Indonesia)Ground handling bertanggung jawab atas efisiensi operasional di darat: loading bagasi, servicing, dan koordinasi ramp menegaskan Delay sering muncul dari ground handling .
" itulah mengapa kesiapan kami sangat krusial dan SPASI menekankan pengurangan ground turnaround dan pelayanan prima." Jelas nya .
Menghadapi lonjakan Nataru Mohammad Jumhut Hidayat , Ketua Dewan Pembina FSPPI yang dengan tegas yang relevan dengan isu nasional menambahkan
" Transportasi udara adalah sektor strategis yang menjadi urat nadi konektivitas bangsa. Dalam momentum Nataru ini, negara harus menjaga kedaulatan layanan udara tidak hanya dari tantangan operasional, tetapi juga dalam kebijakan harga, keselamatan, dan keterlibatan pekerja sebagai mitra. Tiga fokus strategis yaitu kedaulatan ruang udara melindungi keputusan nasional dari liberalisasi yang merugikan industri domestik , perlindungan hak pekerja dalam era digitalisasi dan automasi dan paling penting akses layanan publik yang adil untuk seluruh lapisan masyarakat tidak hanya pasar komersial karena leselamatan, keterjangkauan, dan stabilitas layanan adalah hak publik dan pekerja penerbangan adalah jantung dari hak itu.” imbuh nya .
FSPPI menitipkan pesan untuk penumpang bahwa keselamatan tetap prioritas utama, kendala operasional adalah tantangan nasional bersama, pekerja penerbangan berkomitmen memberikan layanan terbaik. Dengan kolaborasi yang diperkuat antara pekerja, operator, regulator, dan pemerintah, FSPPI menempatkan dirinya bukan sebagai penonton, tetapi sebagai aktor utama pencapaian sukses Nataru 2025/2026.
Langit Indonesia aman bukan karena satu pihak saja saja, tetapi kerjasama yang solid antar stakehoder yang di dalamnya ada pekerja penerbangan yang bekerja dengan Loyalitas dan komitment yang tinggi untuk Merah Putih.


