• Jelajahi

    Copyright © Trawlmediaindonesia
    Best Viral Premium Blogger Templates
    https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIBqT-OUa9jEiq7Y9uWvEHU21SukZMSTRfLaLx0KdplJ_yfjH-i7OPr8bce05ALbCWpWjujNUD4MVagpNnbneabAIH3qHmMkP-uGzdd_my4I7drwKvgG1F_ZM7b6R7CieebuQjCxQJ8TI3mYiVWyF-TSJ7KX9lE3xDHHZlwljYMKhxPV41s9zoOtqn0Tk/s1350/1001703115.png"

    PPWI lakukan media trip ke Ujung Kulon

    trawlmediaindonesia
    7/10/2025, 15:15 WIB Last Updated 2025-07-10T08:15:29Z



    Trawlmediaindonesia.id

    Pandeglang - Dalam rangka promosi ekowisata dan publikasi pengelolaan program perlindungan Badak Jawa, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) mengadakan kegiatan media trip dengan mengundang puluhan pekerja media online, cetak, dan radio, baik lokal maupun nasional. Acara tersebut dilaksanakan pada tanggal 8-9 Juli 2025 bertempat di kompleks The Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) dan Pulau Peucang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.


    Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (Ketum PPWI), Wilson Lalengke, bersama sejumlah Pengurus PPWI Nasional berkesempatan hadir pada acara ini atas undangan Kepala Balai TNUK. Selain itu, hadir juga Ketua DPC PPWI Pandeglang, Nurhayman, bersama belasan Pengurus DPC PPWI Pandeglang. Dari kalangan pewarta radio, hadir Kang Eman bersama tim dari stasiun radio 95,1 Ujung Kulon FM.


    Rombongan PPWI dan pekerja media disambut oleh Kepala Balai TNUK, Ardi Andono, S.Hut, M.Sc, diwakili oleh Kepala Seksi Pengelola TNUK Wilayah II, Azis Abdul Latif Muslim, S.Hut, di Ruang Rapat JRSCA. Pada kesempatan itu, Azis menjelaskan berbagai perkembangan yang sudah dilakukan dalam rangka mengaktifkan beragam kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan Badak Jawa (badak bercula satu).


    “Dalam waktu dekat, kita akan melakukan translokasi Badak Jawa dari habitat semula di wilayah paling barat Ujung Kulon ke lokasi baru yang di dekat kompleks JRSCA. Di tempat baru ini nanti kita juga akan melakukan pembiakan atau breeding terhadap indukan Badak Jawa,” ungkap Azis.


    Sementara itu, Kepala Seksi Pengelola TNUK Wilayah I Tamanjaya, Dedi Juherdi, S.Hut, M.H. menjelaskan bahwa kegiatan media trip TNUK dimaksudkan untuk memperkenalkan dan mengedukasi publik terkait berbagai program pariwisata yang berfokus pada pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal. “Tujuan pelaksanaan media trip ini antara lain untuk memperkenalkan berbagai lokasi wisata yang ada di TNUK sambil memberikan edukasi bagi masyarakat dalam hal pelestarian dan perlindungan lingkungan,” jelas Dedi sambil menambahkan bahwa hal tersebut penting dalam rangka menjaga keanekaragaman hayati dan keunikan lingkungan alam TNUK.


    Beberapa lokasi ekowisata di Taman Nasional Ujung Kulon sudah dikembangkan melalui penyediaan sarana-prasarana yang memadai untuk melayani pengunjung. Tidak kurang dari tiga pulau andalan yang dapat dikunjungi masyarakat, baik lokal, nasional, maupun manca negara.


    Masing-masing pulau memiliki keunikan dan jenis wisata yang berbeda. Pulau Panaitan misalnya, pantai bagian baratnya berhadapan langsung dengan Samudra Hindia sehingga menyediakan wisata surfing yang sangat istimewa dan masuk daftar spot surfing terbaik di dunia.


    "Para peselancar asing sering berkunjung ke Panaitan untuk menikmati tantangan dan keindahan berselancar dalam gulungan ombak besar dan panjang di sana," ungkap Dedi sambil berharap peselancar dalam negeri juga datang menjajal kemampuan mereka di Pulau Panaitan.


    Lain Panaitan lain pula Pulau Pecang dan Pulau Handeuleum. Dua pulau ini menyajikan suasana wisata yang alami, penuh pepohonan beragam jenis, dan aneka fauna endemik yang dilindungi.


    Pulau-pulau ini juga tidak hanya untuk ekowisata (wisata alam) tapi juga eduwisata (wisata pendidikan/science), baik untuk pelajari atau mahasiswa maupun masyarakat Umum. Khusus di Pulau Peucang yang memiliki luas 400-an hektar, telah disediakan tempat menginap yang aman, nyaman, dan pasti penuh kesan.


    "Ada juga beberapa villa yang satu villanya bisa digunakan oleh pengunjung dalam bentuk kelompok 5-7 orang," kata Hari, salah satu pengelola Pulau Peucang.


    Selain bisa bercengkrama dengan ratusan rusa, money, babi hutan dan biawak serta burung bangau yang setiap hari bermain di halaman kompleks penginapan, pengunjung juga dapat mengunjungi Pohon Kiara berusia ratusan tahun di lebatnya hutan alami Pulau Peucang. "Pohon Kiara ini merupakan salah satu ikon Pulau Peucang. Kalau belum berfoto di atas cabang pohon yang besarnya sepelukan 30-an orang itu, berarti Anda belum ke Ujung Kulon," ujar Dedi sedikit berkelakar saat menjelaskan betapa spesialnya Pohon Kiara di Pulau Peucang.


    Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke, yang dimintai komentarnya atas kunjungan media trip ke TNUK, khususnya ke Pulau Peucang, mengatakan bahwa dirinya selama ini tidak tahu tentang adanya tempat wisata di Taman Nasional Ujung Kulon. "Selama ini yang saya, dan mungkin banyak orang di luar sana, mengetahui TNUK hanya terkait konservasi atau perlindungan Badak Jawa. Saya baru tahu sekarang ada obyek wisata alam yang luar biasa bagus yang dikelola TNUK," tutur wartawan senior yang sudah menjelajahi banyak tempat wisata di dalam negeri maupun manca negara itu.


    Oleh karenanya, menurut Wilson Lalengke, media trip semacam ini perlu sering dilakukan, baik oleh TNUK maupun oleh kelompok-kelompok sponsorship TNUK. Dengan seringnya kunjungan media ke TNUK, secara langsung maupun tidak, destinasi wisata yang ada di wilayah TNUK dapat tersosialisasi dengan lebih masif melalui media-media yang dikelola oleh masing-masing peserta media trip.


    "Tempat wisata alami cukup banyak bertebaran di nusantara namun masih kurang diminati. Padahal, untuk mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan bertahan hidup, kita perlu belajar ke tempat wisata alam khas Indonesia yang masih utuh alamiah tanpa sentuhan atau intervensi manusia yang berlebihan. Jadi, taman-taman nasional seperti TNUK sangat perlu berkolaborasi intens dengan kalangan penulis, pewarta, fotografer, video maker, bahkan pembuat film, agar destinasi ekowisata dan eduwisata yang mereka kelola cepat dikenal dan diminati masyarakat," jelas tokoh pers nasional itu penuh semangat.


    Tidak hanya itu, Wilson Lalengke juga mendorong setiap staff, karyawan, pejabat, dan pegiat TNUK untuk belajar menjadi pewarta warga. "Setiap orang yang bertugas di TNUK, dan taman-taman nasional lainnya, perlu belajar menulis berita, belajar membuat foto yang apik, bahkan membuat video pendek, menggunakan gawai atau smartphone yang dimilikinya. Jadi, setiap kegiatan dan event yang dilaksanakan oleh TNUK, bisa terpublikasi tanpa harus mendantangkan wartawan dari luar yang tentunya membutuhkan biaya tambahkan yang cukup banyak," tuturnya memberi masukan kepada pengelola TNUK. 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini